MENGENAL AFASIA DAN PENYEBABNYA
a. Defenisi Afasia
Sumber: https://www.alodokter.com/afasia
Istilah perolehan menandakan bahwa gangguan itu timbul dalam masa perkembangan bahasa atau sesudahnya. Afasia pada anak tambah menjadi rumit karena dalam hal ini, kita juga harus memperhatikan fase perkembangan bahasa anak itu pada saat itu. Semakin banyak afasia anak mirip pada afasia pada orang dewasa.
Afasia merupakan gangguan bahasa. Hal ini, mengimplikasikan bahwa daya ingat non-verbal dan pemikiran pada dasarnya masih tetap utuh. Seseorang dapat berfikir, tetapi pengungkapan pemikirannya melalui bahasa terganggu. Gangguan bahasa dapat juga timbul menyertai gangguan lain yang disebabkan oleh cedera otak, seperti misalnya keadaan kacau sesudah koma atau demensia, tetapi dalam hal ini, gangguannya sekunder (akibat gangguan lain), sedangkan afasia menyangkut gangguan bahasa secara primer.
Afasia masih merupakan pengertian yang cukup asing. Seringkali ia timbul secara mendadak, tanpa tanda peringatan. Hal ini mengakibatkan bahwa pasien dan lingkungan sekitarnya sering tidak memahami apa itu afasia.
Wulf (1979) menyatakan afasia yang ia alami sendiri merupakan “suatu gangguan menyeramkan” karena meskipun kemampuan bicaranya terganggu, kemampuannya untuk memahami, berfikir dan mengingat masih tetap utuh.
Afasia bukanlah gangguan bicara. Apabila ada gangguan bicara, akibat kerusakan di susunan saraf dengan terganggunya kontrol otot yang meliputi mekanisme bicara, hal ini disebut disartria.
Penderita afasia dapat mendengar orang lain berbicara, tetapi ia mengalami kesulitan untuk memahami mereka. Ia dapat melihat dengan baik huruf buku atau surat kabar, tetapi tidak mengerti apa yang tertera disitu. Afasia bisa sedemikian parah hingga pasien hampir tidak dapat mengatakan atau memahami sesuatupun. Atau mungkin afasia sedemikian ringan, sehingga lingkunganya tidak menyangka tetapi pasien itu sendiri tahu bahwa ia terkadang mengalami kesulitan menemukan kata yang tepat dan tidak lagi menguasai bahasa semudah semula. Lagipula, gangguan ini tandanya tidak jelas. Ada pasien yang sulit berbicara dan menggunakan semacam gaya telegram. Pasien lain berbicara lancar tanpa kesulitan, tetapi bahasanya tidak dapat difahami oleh pendengarnya; ia menggunakan kata-kata yang memang ada, tetapi dicampur aduk secara aneh. Secara umum, bahasa tertulis-membaca dan menulis-lebih terganggu daripada bahasa lisan. Hal yang sebaliknyapun dapat terjadi.
b. Penyebab afasia
1. Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO)
Penyebab GPDO ialah, penghentian pengaliran darah ke sebagian otak. Penghentian ini dapat disebabkan oleh emboli, trombosis atau pendarahan otak.
• Emboli adalah gumpalan darah yang terjadi dalam sistem pembuluh darah, yang lalu dengan aliran darah terbawa ke otak dan kemudian disana menyumbat sebuah pembuluh.
• Trombosis adalah penyumbatan pembuluh darah yang diakibatkan oleh perubahan dinding pembuluh.
• Perdarahan otak sering terjadi apabila dinding suatu pembuluh sobek dan darah yang mengumpul (hematom) mendesak jaringan sekitarnya lalu menggencetnya.
2. Tumor Otak
Tumor otak (neoplasma kranial) sering berkembang dengan perlahan, sedangkan jaringan otak menyesuaikan diri dengan perubahan ini sehingga sering tumor itu baru menyebabkan gangguan pada stadium yang berikutnya. Tumor dapat menimbulan edema dan dapat menekan pembuluh darah.
3. Trauma
Trauma sering diklasifikasikan sebagai terbuka atau tertutup, tergantung dari rusak-tidaknya tengkorak. Tingkata kehilangan kesadaran dan kurun waktu amnesia post traumatic (APT) merupakan ukuran penting untuk menilai keparahan kerusakan otak.
4. Infeksi
Infeksi dengan akibat meningitis dan ensefalitis bisa mengakibatkan kerusakan otak.
References
prins, R. D., & Maas, W.
(1993). Afasia. Jakarta: Gaya Baru.

Komentar
Posting Komentar