Terapi Wicara untuk Tunagrahita

Tunagrahita

a. Pengertian

Tunagrahita adalah kondisi ketika seorang individu mengalami keterbelakangan mental atau dikenal juga retardasi mental (mental retardation). Anak tunagrahita memiliki IQ di bawah rata-rata anak normal pada umumnya, sehingga menyebabkan fungsi intelektual mereka terganggu dan menyebabkan munculnya permasalahan-permasalahan baru pada masa perkembangannya. Hal tersebut sejalan dengaAAMD (American Assosiation on Mental Deficiency) yang dikutip oleh Grossman (Krik & Gallagher, 1986:116) dan diterjemahkan oleh Astati dan Lismulyati bahwa:Tunagrahita mengacu pada fungsi intelek umum yang nyata berada di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung dalam masa perkembangan}.

b. Klasifikasi Anak Tunagrahita 

Menurut AAMD dan PP No. 72 tahun 1991 dalam Amin (1995:22-24) klasifikasi anak tunagrahita terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut:

· Tunagrahita ringan

Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, tetapi mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja.

· Tunagrahita sedang

Anak tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan. Mereka dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat “tanggung jawab sosial” dan mencapai penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan.

· Tunagrahita berat dan sangat berat

Anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk di latih mengurus diri sendiri melakukan sosialisasi dan bekerja. Di antara mereka (sampai batas tertentu) ada yang dapat mengurus diri sendiri dan dapat berkomunikasi secara sederhana serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang sangat terbatas.


c. Ciri-ciri anak yang mengalami tunagrahita

Anak tunagrahita dapat dikenali sejak dari dalam kandungan hingga saat memasuki masa sekolah. Seperti :

Anak terlambat bicara, duduk, merangkak atau berguling.

1.       Sulit mengingat.

2.       Lambat menguasai kemampuan mendasar, seperti makan sendiri,  berpakaian ataupun buang air di toilet.

3.       Gangguan perilaku, seperti sering marah-marah tidak terkendali

4.       Tidak dapat menghubungkan antara tindakan dengan konsekuensi dari tindakan tersebut.

5.       Sulit berpikir logis maupun memecahkan persoalan ringan.


d. Terapi wicara untuk anak tunagrahita

Metode Pelaksanaan Terapi Wicara Menurut Sardjono dalam (Handayani, 2007) Terdapat beberapa metode terapi wicara (speech therapy) yaitu sebagai berikut:

a) Metode Babbling Anak diminta mengucapkan bunyi-bunyi secara random (ngoceh).Produksi bunyi-bunyi belum bertujuan hanya melatih keaktifan anak menyesuaikan diri dengan suasana baru dan untuk menyeleksi bunyi yang dihasilkan.

 b) Metode imitasi Klien menirukan bunyi suku-suku kata yang diucapkan speech therapist.Terapis secara terarah mencari dan meyakinkan huruf-huruf yang diucapkan klien yang kurang sempurna atau salah.

c) Metode analogi Klien mengerjakan, mengucapkan bunyi-bunyi, kata-kata dengan didahului oleh bunyi-bunyi yang mudah yang mempunyai dasar bunyi yang sama. Misalnya untuk mengucapkan huruf “d”didahului dengan latihan “b” lebih dahulu.

d) Metode manipulasi Memanipulir alat-alat bicara dengan alat (spatel) atau dengan alat lainnya, bisa juga dengan jari untuk “g” dan”k”.

e) Metode diagram Metode ini dipakai untuk klien yang cukup umur yaitu dengan jalan menggambar posisi alat-alat bicara.Misalnya posisi bibir, lidah, gigi, aliran udara dan sebagainya.

f) Metode visual Klien melihat orang lain mengucapkan huruf-huruf (lip reading) melihat dicermin kemudian menirukannya.

g) Metode auditif, tactil dan motor kinesthetic 

1. Metode auditif, mendengarkan orang lain berbicara dan klien harus mengerti atau harus menirukannya. 

2. Metode tactil, klien untuk mengerti proses fisiologis dalam mengucapkan suatu bunyi harus meraba, merasakan getaran dari setiap huruf. 

3. Metode motor kinesthetic, klien harus merasakan posisi dan getaran huruf-huruf yang diucapkan.

Terapi perlu diberikan untuk membangun kondisi yang lebih baik. Terapi juga harus rutin dilakukan agar apa yang menjadi kekurangan anak dapat terpenuhi secara bertahap.

Terapi perlu diberikan sedini mungkin sebelum anak berusia 5 tahun. Sebab, perkembangan pesat otak anak umumnya terjadi pada usia sebelum 5 tahun, puncaknya pada usia 2-3 tahun. Beberapa terapi yang ditawarkan oleh para ahli adalah sebagai berikut.

 1. Untuk organ bicara dan sekitarnya yang sifatnya fungsional, maka terapis wicara akan mengikutsertakan latihan-latihan Oral peripheralmechanism maupun oral motor exercises yang sesuai dengan organ bicara yang mengalami kesulitan.

2. Untuk artikulasi  atau pengucapan menjadi kurang sempurna karena adanya gangguan, latihan untuk pengucapan diikutsertakan cara dan tempat pengucapan. Kesulitan dalam artikulasi biasanya menjadi Subtitution (penggantian) misalnya rumah menjadi lumah, lalu omission (penghilangan) misalnya dua menjadi ua. Distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi), indidtinct (tidak jelas),  addition (penambahan).

 

Sumber:

http://repository.iainbengkulu.ac.id/3561/1/KURNIA%20APRIYANI.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Tunagrahita

https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/gangguan-perkembangan/anak-tunagrahita/

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL KLASIFIKASI KELAINAN SUARA

MENGENAL AFASIA DAN PENYEBABNYA