Gangguan Irama Kelancaran

Gangguan Irama Kelancaran

Kelancaran merupakan salah satu aspek bicara yang merujuk kepada urutan, keluwesan, kecepatan serta usaha seseorang saat berbicara. Stuttering atau yang biasa dikenal dengan gagap, merupakan gangguan irama kelancaran yang paling sering terjadi. Stuttering sendiri merupakan gangguan pada irama kelancaran bicara yang dikarakteristikkan dengan repetisi atau pengulangan (bunyi, suku kata, kata, dan frase), prolongasi (pemanjangan bunyi), blocks (pemberhentian secara tiba-tiba), interjections (penambahan kata-kata yang tidak diperlukan), dan revisi, yang akan berdampak pada kecepatan serta irama bicara. Ketidaklancaran bicara ini biasanya disertai dengan ketegangan saat berbicara, reaksi negatif, perilaku sekunder, dan penderitanya bisa jadi menghindari bunyi, kata, atau situasi tertentu. Gangguan kelancaran bicara lainnya adalah Cluttering, yang dikarakteristikkan dengan kecepatan bicara yang terlalu cepat atau tidak teratur sehingga mengganggu kelancaran dan kejelasan bicara (St.Louis & Schulte, 2011).

Stuttering

Stuttering atau gagap biasanya berasal dari masa kanak-kanak Sebagian besar anak mulai mengalami gagap pada usia 2 setengah tahun, kegagapan pada masa prasekolah merupakan hal yang normal. Sekitar 95% anak mengalami kegagapan pada usia prasekolah yakni sebelum usia 5 tahun (Yairi & Ambrose, 2005). interjections berupa sisipan kata (contoh, “Warna baju itu seperti merah”) dan sisipan non-word (contoh, “Warna baju itu hmm merah”). Contoh lain untuk gangguan kelancaran yang sering terjadi pada kebanyakan orang adalah whole-word repetitions (contoh, “Tapi-tapi aku tidak mau”), pengulangan frase (contoh, “Tapi kamu-tapi kamu tunggu disini ya?”) dan revisi (contoh, “Kita pergi berdua eh bertiga”). Bentuk-bentuk ketidaklancaran diatas umumnya dianggap sebagai ketidaklancaran nonstuttered (tipikal) yang sering dijumpai pada setiap orang saat berbicara.

part-word atau sound/syllable repetitions (contoh, “Lihat b-b-bayi itu”), prolongasi (contoh, “Ssssssssssselamat siang”), dan blocks (yakni, ketidakmampuan untuk memulai suatu bunyi). Selain itu, dibandingkan dengan ketidaklancaran yang dialami oleh sebagian besar orang, ketidaklancaran pada penderita stuttering umumnya disertai dengan durasi, usaha serta ketegangan yang lebih besar. Aspek yang menjadi faktor keparahan penderita stuttering mencakup frekuensi serta tipe kegagapan dan kemampuan seseorang yang mengalami stuttering untuk berkomunikasi secara efektif.

Cluttering

Pada cluttering, penurunan kejelasan serta kelancaran bicara disertai dengan bicara yang cepat dan tidak teratur. Karakteristik cluttering sendiri mencakup deletion (penghapusan) suku kata (contoh, Saya mau pergi ke Kalimantan” menjadi “Samapekaltan”) dan/atau omisi (penghapusan) akhir kata (contoh, “Ayah membeli aki” menjadi “Ayah membelaki”. Gangguan kelancaran pada cluttering terkadang dikarakteristikkan dengan ketidaklancaran tipikal seperti revisi daninterjections  dan juga jeda pada kalimat.

Penyebab

Stuttering

Penyebab stuttering sangat beragam, diantaranya terdapat faktor genetik dan neurofisiologis tertentu yang diduga berkontribusi terhadap kemunculannya. Meskipun sempat menjadi isu yang populer, akan tetapi masalah emosional serta pola asuh orang tua tidak menyebabkan stuttering. Namun, benar adanya jika mengatasi stuttering dapat mengakibatkan reaksi emosional tertentu dan perilaku menghindar. Meskipun tidak dianggap sebagai penyebab stuttering, faktor lingkungan dapat memperparah ketidaklancaran seorang anak. Faktor-faktor yang dimaksud mencakup dinamika keluarga, gaya hidup serba cepat, stres dan kecemasan, serta tempramen anak.

Faktor-faktor yang menyebabkan stuttering yakni

  • Faktor Genetik
  • Faktor Neurofisiologis yang meliputi:

    Perbedaan Gray dan White Matter: Anak-anak dengan stuttering menunjukkan menurunnya kualitas volume gray matter bagian kiri dengan penurunan integritas white matter pada hemisfer kiri.
    Perbedaan Konektivitas Jaringan Saraf Neural:
  • Anak-anak yang mengalami stuttering (usia 3 hingga 9 tahun) mengalami penurunan konektivitas pada area yang mendukung pengaturan waktu pada control pergerakan. Hal tersebut dapat berdampak pada perencanaan bicara yang dibutuhkan untuk kelancaran bicara.
    • Lateralisasi Atipikal pada Fungsi Hemisfer: Anak-anak prasekolah yang mengalami stuttering menunjukkan perbedaan dalam kemampuan otak yang digunakan sebagai indeks pemrosesan bahasa. Penemuan ini menimbulkan pendapat terkait dengan adanya laterisasi atipikal pada fungsi bahasa dan bicara yang terjadi berdekatan dengan awal terjadi stuttering.
      Koneksi White Matter: Seseorang yang mengalami stuttering memiliki koneksi white matter lebih banyak pada hemisfer kanan apabula dibandingan dengan orang-orang dengan kelancaran bicara ya normal.

    Faktor Risiko Stuttering

      Jenis kelamin anak, anak laki-laki diketahui mempunyai risiko yang lebih besar mengalami stuttering dibandingkan anak perempuan
  • Sejarah keluarga yang memiliki riwayat stuttering
  • Durasi stuttering yang dialami lebih dari 6 hingga 12 bulan (dihitung sejak awal terjadi stuttering) dan tidak ada perbaikan sama sekali atau bahkan bertambah parah
  • Usia awal anak saat mengalami stuttering 3 setengah tahun atau lebih
  • Disertai dengan gangguan bahasa atau bicara
  • Cluttering

    Faktor Risiko Cluttering

    Jenis kelamin anak, cluttering umumnya terjadi pada anak laki-laki. Rasio terjadinya cluttering pada laki-laki dan perempuan dilaporkan antara 3:1 hingga 6:1

  • Riwayat keluarga, laporan anekdot menyebutkan bahwa cluttering terjadi pada lebih daro satu anggota keluarga
  • Disertai gangguan lain, cluttering kemungkinan disertai dengan gangguan lain seperti gangguan belajar, ASD, dan Sindrom Tourette, memiliki salah satu gangguan tersebut dapat beresiko mengalami cluttering, akan tetapi, tidak semua individu yang mengalami ganggaun-gangguan diatas juga mengalami stuttering. Seseorang yang mengalami stuttering juga beresiko mengalami cluttering. Satu pertiga penderita stuttering menunjukkan beberapa karakteristik cluttering.

  • Referensi 
    http://speechshare.id/?p=373#:~:text=Stuttering%20pada%20anak%20dapat%20terjadi,disabilitas%20intelektual%2C%20dan%20gangguan%20bahasa.&text=Pada%20cluttering%2C%20penurunan%20kejelasan%20serta,yang%20cepat%20dan%20tidak%20teratur

    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    MENGENAL KLASIFIKASI KELAINAN SUARA

    MENGENAL AFASIA DAN PENYEBABNYA