GANGGUAN BAHASA DALAM PERKEMBANGAN BICARA ANAK

 

    Perkembangan berbicara pada awal pada anak yaitu menggumam maupun membeo. Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa dan kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu agak lama. Untuk membantu perkembangannya ibu dapat membantu memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing- masing anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkernbangan tersebut sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat. dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan sebagainya.

    Dalam era moderenisasi seperti saat ini, kita banyak dihadapkan oleh berbagai kasus tentang kelainan atau gangguan berbahasa, salah satu di antaranya adalah gangguan bicara. Gangguan-gangguan tersebut dialami oleh sebagian anak kecil yang usianya masih relatif balita. Gangguan tersebut sering dianggap wajar dan normal. Akan tetapi, orang tua sedikit yang menyadari bahwa anak tersebut mengalami gangguan bicara, dan baru menyadari setelah beranjak dewasa. Berbagai gangguan yang nampak biasanya terjadi pada umur kurang dari 5 tahun. Saat teman-teman sebayanya sudah bisa mengucapkan kata tertentu dia masih menggumam seperti suara nafas. Seperti contoh anak sudah bisa mengucap beberapa kata, namun diumur tertentu menghilang, termasuk mengoceh dari yang sebelumnya aktif menjadi pasif dan pendiam. 

    Gangguan bicara terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran bicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara. Keterlambatan bicara dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses tersebut seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme motorik oral dalam fungsinya untuk bicara


GANGGUAN BAHASA DALAM PERKEMBANGAN BICARA ANAK

    Seperti yang telah kita ketahui, proses berbahasa dimulai dengan enkode semantik, enkode gramatikal, dan enkode fonologi. Enkode semantik dan enkode gramatikal berlangsung di dalam otak, sedangkan enkode fonologi dimulai dari otak lalu dilanjutkan pelaksanannya oleh alat-alat bicara yang melibatkan sistem saraf otak (neuromiskuler). Oleh karena itu, dapat dikatakan berbahasa adalah proses mengeluarkan pikiran dan perasaan (dari otak) secara lisan dalam bentuk kata-kata atau kalimat-kalimat (Chaer, 2009:146)

Tahap Perkembangan Bahasa pada Anak

1. Babling

    Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.

2. Lalling

    Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti: “baa…..baa…., maa….maa”

3. Echolalia

    Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang di dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu.

4. True Speech

    Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak Menurut Beberapa Ahli Lundsteen, membagi perkembangan bahasa dalam 3 tahap, yaitu:

Tahap pralinguistik

  •   Pada usia 0-3 bulan, bunyinya di dalam dan berasal dari tenggorok.
  •   Pada usia 3-12 bulan, banyak memakai bibir dan langit-langit, misalnya ma, da, ba

Tahap protolinguitik

  •     Pada usia 12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-300).

Tahap linguistic

  •   Pada usia 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah. 

 


Keterlambatan dan Gangguan dalam Perkembangan Bicara Anak 

    Tingkat perkembangan bicara seorang anak berada di bawah tingkat kualitas perkembangan bicara umumnya dapat diketahui dari ketepatan penggunaan kosa kata (bahasa) anak tersebut saat bersama teman sebayanya bercakap-cakap/berbicara. Keterlambatan berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi anak, pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak masuk sekolah. Banyak penyebab keterlambatan bicara pada anak, umumnya adalah: (1) rendahnya tingkat kecerdasan yang membuat anak tidak mungkin belajar berbicara sama baiknya seperti teman-teman sebayanya, yang kecerdasannya normal atau tinggi; (2) kurang motivasi karena anak mengetahui bahwa mereka dapat berkomunikasi secara memadai dari dorongan orang tua/orang dewasa; dan (3) terbatasnya kesempatan praktik berbicara karena ketatnya batasan tentang seberapa banyak mereka diperbolehkan berbicara di rumah. 

    Diberikan rangsangan (stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan di dalam berbahasa/kosa kata yang baik dan benar. Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab serius keterlambatan berbicara anak terlihat dari fakta bahwa apabila orang tua tidak hanya berbicara kepada anak mereka, tetapi juga menggunakan kosa kata yang lebih luas dan bervariasi Adapun kemampuan anak di dalam berbicara yang berkembang sangat pesat dan cepat yaitu contohnya: anak-anak dari golongan yang lebih atau menengah yang orang tuanya ingin sekali menyuruh mereka (anak) belajar berbicara lebih awal (cepat) dan lebih baik. Sangat kurang kemungkinannya mengalami keterlambatan berbicara pada anak. Anak yang berasal dari golongan yang lebih rendah yang orang tuanya tidak mampu memberikan dorongan tersebut bagi mereka, apakah kekurangan waktu/karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya suatu perkembangan bicara pada anak didik tersebut. 4. Gangguan Berbahasa (Berbicara) Gangguan bahasa sering juga disebut sebagai gangguan perkembangan bicara dan bahasa ekspresif. 

    Kelainan atau gangguan bahasa merupakan salah satu jenis kelainan dalam komunikasi dengan indikasi seseorang mengalami gangguan dalam proses simbolis. Kesulitan ini mengakibatkan seseorang tidak mampu untuk memberikan simbol atau lambang yang diterima dan sebaliknya tidak mampu mengubah konsep pengertian menjadi simbol-simbol yang dapat dimengerti oleh orang lain. Jika seseorang tidak dapat berkomunikasi dengan sesamanya secara sempurna, mereka dapat dikatakan mengalami gangguan atau kelainan bahasa. Gangguan bahasa dapat terjadi jika komunikasi seseorang menyimpang jauh dari bahasa yang digunakan oleh anak normal.


Penyebab Gangguan Berbahasa

    Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Beberapa penelitian menunjukkan penyebab gangguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Menurut Efendi yang dikutip Nurhidayati, dkk (2013:4) ada beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut.

a. Faktor Medis Faktor medis yang paling banyak berperan dalam kesulitan belajar bahasa adalah tidak atau kurang berfungsinya sistem syaraf pusat yang disebabkan oleh adanya cidera atau memar. Dalam kaitan ini dikenal afasia, yaitu hilangnya kemampuan bicara karena gangguan pada syaraf pusat. Cidera atau memar pada otak dapat terjadi karena berbagai kejadian seperti trauma ketika ibu sedang mengandung penggunaan obat berlebihan, kelahiran muda (premature), benturan fisik, struk, dan keracunan.

b. Kondisi Fisiologis Yang dimaksud dengan kondisi fisiologis adalah kemampuan dari organ- organ yang terkait dalam menjalankan fungsinya untuk mendukung terhadap kelancaran anak dalam meniti tugas perkembangan bicara dan bahasanya. Organ-organ tersebut meliputi susunan syaraf (syaraf senso-motoris ), kondisi organ pendengaran dan organ bicara. 

c. Kondisi Lingkungan Lingkungan keluarga hendaknya menciptakan situasi yang kondusif, untuk memberikan kontribusi positif bagi perkembangan bicara dan bahasa anak. Peran aktif orang tua atau keluarga dalam memberikan stimulasi verbal, dapat mendorong anak untuk lebih meningkatkan kualitas atau kuantitas kemampuan bicara dan bahasanya.


Bentuk Gangguan Berbahasa

    Gangguan bahasa merupakan salah satu bentuk kelainan atau gangguan dalam komunikasi dengan    indikasi klien mengalami kesulitan atau kehilangan dalam proses simbolisasi. Kesulitan simbolisasi ini mengakibatkan seseorang tidak mampu memberikan simbol yang diterima dan sebaliknya tidak mampu mengubah konsep pengertiannya menjadi simbol-simbol yang dapat dimengerti oleh orang lain dalam lingkungannya. Menurut Tarmansyah yang dikutip Nurhidayati, dkk (2013:5—10) “ada bentuk gangguan bahasa diantaranya keterlambatan dalam perkembangan bahasa dan afasia”.

1. Keterlambatan dalam Perkembangan Bahasa Adalah suatu bentuk kelainan bahasa yang ditandai dengan kegagalan klien dalam mencapai tahapan perkembangan bahasanya sesuai dengan perkembangan bahasa anak normal seusianya. Kelambatan perkembangan bahasa di antaranya disebabkan keterlambatan mental intelektual, ketunarunguan, congenital aphasia, nutisme, disfungsi minimal otak dan kesulitan belajar. Anak-anak yang mengalami kesulitan tersebut di atas terlambat dalam kemampuan perkembangan bahasa, dapat terjadi pada fonologis, semantik, dan sintaksisnya, sehingga anak mengalami kesulitan dalam tranformasi yang sangat diperlukan dalam kegiatan berkomunikasi. Selain adanya gangguan transformasi maupun simbolisasi juga disertai gangguan tingkah laku. Gangguan tingkah laku tersebut sangat memengaruhi proses perolehan bahasa di antaranya kurang perhatian dan minat terhadap rangsangan yang ada di sekelilingnya, perhatian yang mudah beralih, konsentrasi yang kurang baik, tampak mudah bingung, cepat putus asa.

2. Afasia Afasia adalah satu jenis kelainan bahasa yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada pusat-pusat bahasa di Cortex Cerebri. Adanya lesi di pusat-pusat bahasa di Cortex cerebri menyebabkan klien mengalami kesulitan dan atau kehilangan kemampaun dalam simbolisasi baik secara aktif maupun pasif. Apabila dikaji afasia tersebut secara klinis, dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu afasia sensoria, afasia motoris, afasia konduktif, dan afasia amnesik.

a. Afasia Sensoria Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memberikan rangsangan yang diterimanya. Bicara spontan biasanya lancar hanya kadang-kadang kurang relevan dengan situasi pembicaraan atau konteks komunikasi. 

b. Afasia Motoris Istilah lain dari afasia motoris adalah afasia ekspresif nonfluent aphasia, atau Broca Aphasia. Klien yang mengalami afasia motoris kesulitan dalam mengoordinasi atau menyusun pikiran, perasaan dan kemauan menjadi simbol- simbol yang bermakna dan dimengerti oleh orang lain. Suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa mereka mengerti dan dapat menginterpretasikan rangsangan yang diterima, hanya untuk mengekspresikan mengalami kesulitan. Jenis afasia motorik bisa terjadi, yaitu dia mengalami kesulitan pada cara menulis/grafis, jenis ini disebut dengan agrafia. Seperti telah diuraikan di atas bahwa kelainan ini dapat dialami baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Hal tersebut terjadi karena adanya kerusakan pada pusat broca di lobus temporalis interior, lobus parietalis interior atau lobus prontalis posterior. 

c. Afasia Konduktif Istilah lain untuk afasia konduktif adalah dynamik aphasia, atau ranscorticak sensory aphasia. Klien ini ditandai dengan kesulitan dalam meniru pengulangan bunyi-bunyi bahasa. Umumnya kemampuan untuk pemahaman rangsangan relatif baik, tetapi kadang-kadang terjadi gangguan. Pada saat berbicara cukup lancar terutama pada kalimat-kalimat pendek, tetapi pada kalimat-kalimat yang lebih panjang kelancarannya terganggu. Afasia ini terjadi disebabkan oleh adanya kerusakan pada fasiculus arcuatus serta di bagian dalam gyrus supramarginal di lobus temporalis superior. 

d. Afasia Amnestik Istilah lain untuk afasia amnestik ini disebut juga nominal afasia, atau anomia. Klien ini ditandai dengan kesulitan dalam memilih dan menggunakan simbol-simbol yang tepat. Umumnya simbol-simbol yang sulit dipilih adalah yang berhubungan dengan nama, aktivitas, situasi yang berhubungan dengan aktivitas kehidupan. Afasia ini terjadi karena adanya kerusakan pada gyrus angularis di lobus temporalis kamisfer kiri. Selain keterlambatan perkembangan bahasa dan afasia, juga terdapat beberapa bagian mengenai letak kerusakan syaraf pada anak berkesulitan bahasa.


3.  Kelainan Organ Bicara Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring. Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf [t, n, dan l]. Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti [f, v, s, z, dan th]. Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung (sengau) pada huruf bertekanan tinggi seperti [m, n, ny, ng, s, k, dan g]. 

4. Gangguan Pendengaran Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan di sekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus dipikirkan bila ada keterlambatan bicara. Ada beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi mengalami infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin). Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan ini terdeteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran, tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6—9 bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf degeneratif.

5. Gangguan Emosi dan Perilaku Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali.Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil, dan gejala tersamar lainnya.

6. Autisme Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan oleh autism. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Dalam buku Children With Starving Brains karangan Jaquelyn Mecandless menyebutkan bahwa autis merupakan masalah genetika pencernaan dan sistem imun tubuh, invasi virus, jamur dan bakteri patogen lainnya. 

7. Gejala Gangguan Berbahasa Gejala anak mengalami gangguan berbicara ditinjau dari segi klinis, gejala kelainan bicara dalam hubungannya dengan penyebab kelainannya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. 

a. Disaudia 

    Disaudia dalah satu jenis gangguan bicara yang disebabkan gangguan pendengaran. Bagi anak tunarungu konsep bicara yang digunakan dalam mengadakan interaksi komunikasi dengan lingkungannya, misalnya kata “kopi” ia dengar “topi”, kata “bola ia dengar “pola”.Beberapa karakteristik bicaranya adalah terdapat kesalahan pengucapan baik dalam mekanisme pergerakan titik artikulasi maupun dalam pengucapannya. Kesalahan dalam penggunaan fonasi yang berhubungan dengan alat ucap, intensitasnya semakin lama semakin berkurang, nadanya cenderung tinggi tidak jarang mengalami pitch break atau perubahan nada yang terjadi secara tiba-tiba. Umumnya klien disaudia dalam berkomunikasi cenderung menggunakan bahasa isyarat yang telah dikuasainya. 

b. Dislogia

    Dislogia diartikan sebagai satu bentuk kelainan bicara yang disebabkan karena kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan yang di bawah normal. Pola kemampuan berpikirnya sederhana dan umumnya terbatas pada objek yang bersifat konkret dan rutin. Rendahnya kemampuan mengingat hal ini juga akan mengakibatkan penghilangan fonem, suku kata atau kata pada waktu pengucapan kalimat. Misalnya “makan” diucapkan “kan”, “ibu memasak di dapur” diucapkan “bu..sak… pur”.  

c. Distartia

Distartia diartikan sebagai suatu jenis kelainan bicara yang terjadi akibat adanya kelumpuhan, kelemahan, kekakuan, atau gangguan koordinasi otot alat-alat ucap atau organ bicara sehubungan dengan adanya kerusakan pada susunan saraf pusat ataupun perfier. Kerusakan pada saraf tersebut mempengaruhi pengaturan dan koordinasi alat ucap sehingga pergerakan alat-alat tersebut terganggu dan memengaruhi kemampuan bernafas, fonasi dan terutama kemampuan artikulasi dan resonansi.

d. Disglosia Artinya kelainan bicara yang terjadi karena adanya kelainan struktur dari organ bicara yaitu altikulator. Jika dalam proses artikulasi dan resonansi mengalami kegagalan, simbol-simbol bunyi yang dihasilkan menjadi kurang atau bahkan tidak berarti.

e. Dislalia Artinya gejala bicara yang disebabkan oleh kondisi psikososial, yaitu yang lebih dominan disebabkan oleh faktor lingkungan dan gejala psikologis. Gejala bicara yang terjadi karena ketidakmampuan klien dalam memperhatikan bunyi-bunyi bicara yang diterima. Dengan demikian, klien tidak dapat membentuk konsep bahasa. Gejala lain dari dislalia adalah ketidakmampuan klien dalam mengingat rangsang yang diterima. Kesulitan bicara akibat peniruan yang salah dari lingkungannya misal anak mengucapkan “mbah uti” untuk pengertian “mbah putri”, orang tua menguatkannya; “mbah uti di mana Ela?”. Peristiwa itu akan berjalan terus dan orang tua tanpa menyadari telah menggunakan pola bicara yang salah.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL KLASIFIKASI KELAINAN SUARA

MENGENAL AFASIA DAN PENYEBABNYA